Biasanya, Minggu pagi Ahdan dan Ayzar sudah berlari di bawah matahari lapangan Tala BTP, mengejar bola bersama teman-temannya. Tapi pagi ini berbeda. Mereka memilih menepi, menaruh sepatu bola di rak untuk sementara, dan mencoba sesuatu yang lebih sunyi: turnamen catur junior.
Ahdan dan Ayzar ikut sekolah bola di BTP, latihannya 4x seminggu. Kalau ada turnamen catur, mereka “cuti” dulu dari dunia sepak bola. Termasuk hari ini, ada turnamen sepak bola di Pare-pare dan latihan rutin di lapangan Tala, tapi setelah diskusi kecil, mereka memilih ikut turnamen catur Rektor Cup Unhas.
Dan saya hanya bisa tersenyum melihat bagaimana dua bocah ini mulai menemukan dunia barunya.
*****
Minggu Pagi di Pelataran Ipteks Unhas
Turnamen digelar di pelataran Gedung Ipteks. Sejumlah anak duduk tenang menatap papan catur; sunyi, tetapi pikiran mereka menjelajah, seolah setiap petak membuka pintu rahasia ke dunia yang tak dicatat di peta mana pun.
Jemari kecil menari di atas papan hitam putih, mengatur strategi seperti meronce bintang-bintang baru di langit malam. Kadang bidak-bidak itu bergerak sendiri dalam imajinasi, kadang waktu berhenti menunggu anak kecil itu menentukan arah semesta.
Setiap langkah bidak adalah dentuman perang, setiap benteng yang tumbang adalah bab baru dalam kisah strategi, kesabaran, dan keberanian dalam diam.
---
“Belajar di mana?”
Rektor Unhas Cup ini turnamen ke lima mereka. Hampir setiap turnamen, selalu ada yang bertanya: Ahdan dan Ayzar belajar catur di mana? Gurunya siapa? Ikut les di mana?
Jawabannya selalu sama, dan saya ceritakan sekalian di sini.
Disclaimer: saya dan bapaknya tidak bisa main catur. Justru bapaknya dikenalkan catur oleh Ahdan dan Ayzar belakangan ini.
Ahdan pertama kali mengenal catur dari kakaknya saat kelas 3 SD. Waktu itu catur hanya sebatas pengganti kebosanan, sama seperti ludo atau ular tangga.
Ketika sang kakak mulai sibuk di SMA dan jarang punya waktu bermain, giliran Ahdan mengenalkan catur ke Ayzar. Saat itu Ayzar berusia 7 tahun, sekitar tahun 2024. Kami membeli papan catur plastik seharga 20 ribu di toko mainan.
Tapi… ya begitu, akhirnya papan caturnya cuma jadi penghuni setia kotak mainan. Karena sehari-hari mereka tetap anak bola.
---
Turnamen Pertama: Awal Segalanya
Empat bulan lalu, Juli 2025, saya tak sengaja melihat flyer Pekan Olahraga di Mall Nipah Makassar. Ada cabang catur untuk junior. Bapaknya yang langsung kepikiran “Kenapa tidak dicoba?” Akhirnya kami daftarkan mereka.
Hari H, kami berempat berangkat. Banyak anak lain yang terlihat “pro”: membawa papan catur lipat ramping dan jam catur digital. Sementara Ahdan dan Ayzar datang dengan papan plastik bulky yang ternyata tidak sesuai standar pertandingan 😅. Untung ada peserta baik hati yang bersedia meminjamkan peralatannya.
Turnamen menggunakan sistem Swiss 7 babak. Pemegang buah putih wajib menyediakan papan dan jam. Karena turnamen berlangsung dua hari, sepulang hari pertama bapaknya langsung berburu papan lipat—dan hanya beli satu karena harganya lumayan juga ternyata. Jam catur belum dibeli, baru beberapa bulan kemudian Ahdan membeli sendiri dari uang tabungannya via Shopee.
| Peserta Catur SD di PON Nipah |
Di turnamen pertama itu, Ahdan dan Ayzar belum juara, tapi mereka tampil cukup baik. Dan yang paling menyenangkan, tidak ada rasa sedih sedikit pun. Mereka justru ketagihan dan menunggu turnamen berikutnya. Pulang dari turnamen, mereka mulai rajin main catur lagi setiap hari sepulang sekolah.
Di turnamen itu saya bertemu beberapa bunda yang tergabung di komunitas catur junior di Makassar. Mereka sering latihan bersama dan berbagi informasi turnamen. Saya pun diajak bergabung, dan dari sinilah petualangan catur mereka bermula.
---
Turnamen Demi Turnamen – Jejak Pertumbuhan yang Terlihat
Turnamen kedua – Agustus.
Diselenggarakan oleh MajuChess. Peserta dicampur SD–SMP–SMA. Pengalaman baru bagi Ahdan dan Ayzar menghadapi lawan yang lebih besar. Banyak pengalaman baru bagi mereka, terutama menghadapi lawan yang lebih besar. Dan luar biasanya, kakak-kakak SMP dan SMA ini ramah—mereka menjawab pertanyaan, bahkan mengajari trik kecil dan melayani tantangan bermain dari adek-adek saat break time.
Turnamen ketiga – September.
Masih oleh MajuChess, bekerja sama dengan Café Plazgozz. Kali ini peserta dipisah per jenjang. Ahdan berhasil meraih peringkat 6.
Turnamen keempat – Oktober.
Diadakan oleh Percasi Makassar bersama Diaspora Makassar. Pesertanya lebih banyak. Ayzar berhasil meraih peringkat 4. sini saya bisa melihat perkembangan mereka mulai terasa.
Turnamen kelima – 22–23 November. Rektor Cup Unhas.
Sebelum mendaftar, saya sudah infokan bahwa kategori SD–SMP–SMA akan digabung. Mereka tidak gentar, malah semakin tertantang. Target mereka lucu: bukan juara, tapi bisa mengalahkan anak SMP. Dan target itu tercapai 😅.
Selama ini Ahdan dan Ayzar tidak pernah punya guru khusus untuk belajar catur. Mereka main bersama dan main di aplikasi chess.com & liChess.
Di turnamen ini saya bertemu beberapa anggota UKM Catur Unhas dan cerita banyak. Dari situ muncul keinginan untuk mencoba Ahdan dan Ayzar belajar lebih serius bersama kakak-kakak di UKM Unhas.
---
Next: Turnamen JAPFA
Minggu ini, 30 November, Ahdan dan Ayzar akan ikut turnamen lagi. Kali ini turnamennya cukup besar, karena diadakan oleh JAPFA bekerja sama dengan PERCASI. Setahu saya, JAPFA memang punya program pembinaan untuk atlet catur junior.
Saya selalu percaya, anak-anak bisa tumbuh dengan cara yang paling tidak kita duga. Dari hal manapun. Ahdan Ayzar kebetulan dari papan hitam putih kecil itu, mereka belajar fokus, kesabaran, sportivitas, dan keberanian mencoba hal baru.
Sampai jumpa di cerita selanjutnya







0 comments:
Post a Comment
Berkomentar yang sopan sangat disenangi, komentar spam akan di hapus. Thanks!!